Tren Metaverse, Menjadi Ancaman atau Peluang?

Spread the love

Baru-baru ini konsep metaverse banyak dibahas oleh banyak kalangan di banyak media, termasuk Berdikari News serta media sosial seperti Facebook. CEO Facebook, Mark Zuckerberg telah mengumumkan perubahan nama perusahaannya menjadi Meta. Perusahaannya itu nantinya beralih dari perusahaan “media” menjadi perusahaan “metaverse” yang mengombinasikan dunia nyata dan virtual.

Arti dari Metaverse

Sebelum mengenal lebih jauh tentang istilah metaverse, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu artinya. Metaverse secara etimologis berasal dari kata meta yang artinya “melampaui” serta verse yang artinya “alam semesta”.

Dengan demikian bisa digambarkan bahwa manusia dapat pergi untuk menikmati dunia virtual hingga manusia dapat menikmati sensasi baru seperti dalam kehidupan nyata. Di dunia virtual itu kita pun dapat bekerja, bermain, berbelanja dan melakukan berbagai hal yang mungkin sebelumnya belum pernah dilakukan.

Manusia telah banyak mengembangkan teknologi di antaranya dari mengelabui indera, televisi, speaker audio sampai video game interaktif serta realitas virtual. Di masa depan tentunya kita bisa mengembangkan alat untuk mengelabui indera lainnya seperti penciuman dan sentuhan. Kita mempunyai beragam istilah untuk teknologi ini, akan tetapi apakah manusia sudah siap khususnya generasi milenial dalam menyikapi kedatangan peradaban baru yaitu metaverse.

Metaverse atau augmented reality merupakan teknologi media yang berupaya menampilkan konten menggunakan cara paling natural, memadukan pemandangan simulasi, suara hingga sensasi dalam pandangan yang seolah tampak nyata, seperti disampaikan oleh Louis B. Rosenberg selaku CEO Perusahaan artificial intelligence Unanimous A.I.

Untuk Siapa Keuntungan Metaverse?

Di beberapa media termasuk Berdikari News telah dibahas tentang keuntungan metaverse. Tanpa disadari hal-hal yang biasa dilakukan saat berselancar di media sosial dengan menggunakan teknologi dari perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Apple, Microsoft dan Facebook membuat Anda bisa merasakan kemajuan teknologi.

Kebangkitan Metaverse yang tak dapat dihindari. Akan sulit untuk tak mengawali dan memikirkan tentang bagaimana kemajuan teknologi baru ini nantinya membentuk peradaban baru di masyarakat, budaya, politik dan kehidupan kita. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyesuaikan diri terhadap masa depan tersebut.

Dalam menyesuaikan diri dan menerapkan teknologi baru di masyarakat dengan tujuan untuk memudahkan kehidupan manusia. Nantinya ada pergeseran kebiasaan, nilai-nilai, cara berkomunikasi, cara interaksi dan sistem yang ada pada masyarakat. Tentunya bisa membawa dampak paling jelas seperti perubahan menyeluruh dalam bidang sosial. Hal ini disebut sebagai “determinisme teknologi”.

Ancaman dan Peluang Metaverse

Perkembangan teknologi di dunia pendidikan tak dapat kita cegah. Kita hanya perlu lebih bijak dalam penggunaan teknologi tersebut agar bisa membawa manfaat sebesar-besarnya dalam kehidupan manusia, terutama di bidang pendidikan.

Bila kita sedikit flashback ke awal tahun 2000-an, kecemasan dan ketakutan di dunia pendidikan bila internet bisa merusak. Bahkan di tahun-tahun tersebut, handphone adalah barang yang dilarang untuk dibawa oleh peserta didik, bahkan hingga disita.

Saat ini di banyak media termasuk Berdikari News justru berbanding terbalik. Seluruh teknologi yang dahulu tampak menakutkan saat ini dapat dimanfaatkan di bidang pendidikan. Sebagai contoh ketika pandemi Covid-19 seluruh kegiatan dilakukan dengan basis teknologi, menggunakan aplikasi seperti Zoom ataupun lainnya.

Bisa saja nantinya seorang guru tak akan bisa mengenal peserta didiknya secara langsung walaupun telah diajar selama beberapa bulan. Bisa juga pembelajaran hanya sebatas formalitas tanpa menjadikan manusia sebagai manusia yang seutuhnya.

Bila seluruh aktivitas dunia pendidikan dilakukan dengan virtual, akibat negatif yang secara langsung bisa dirasakan tentunya dari aspek kesehatan. Seorang wanita bernama Joanna Stren melakukan uji coba dengan menggunakan VR (Virtual Reality) dan masuk ke Metaverse selama 24 jam, mengakui bahwa ia merasakan gejala pusing dan sakit mata.

Menurut Jak Wilmot yang pernah merasakan hidup dalam dunia virtual selama satu minggu, mengungkapkan bahwa Metaverse bisa membuat kita kehilangan energi alam yang menjadi bagian hidup kita. Maka dapat dibayangkan bila kita berhari-hari memakai alat tersebut.

Tak hanya dampak dari aspek kesehatan, hal yang sangat terasa bagi masyarakat Indonesia adalah hilangnya kehangatan sosial masyarakat yang harusnya dapat dirasakan saat manusia berinteraksi secara langsung dengan manusia lainnya. Bagaimanapun, tak ada yang mampu lari dari kenyataan dan dunia virtual bukan dunia nyata sepenuhnya.

Sebenarnya ada beberapa akibat negatif Metaverse lainnya seperti membuat kecanduan dan mengalihkan perhatian dari tugas di kehidupan nyata, membuat lupa waktu, merangsang indera secara berlebihan, hingga memisahkan manusia dari alam dan dunia nyata, cukup mengerikan.

Di dunia bisnis tentunya menjadi peluang istimewa di mana semua produk dan jasa dapat diiklankan dengan memanfaatkan teknologi dan internet. Saat ini dengan keberadaan Metaverse memungkinkan untuk membeli sebidang tanah di dalamnya dan memasang suatu iklan yang dapat dilihat oleh semua manusia yang memakainya. Hal ini tentunya sangat positif bagi kemajuan bisnis dengan basis teknologi Metaverse seperti dibahas di Berdikari News.